BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Tinjauan
Pustaka
2.1.1
Hakikat Kemampuan Berbicara
a. Pengertian
Kemampuan
Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan
bekal yang sangat pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad
yang lalu untuk memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan yang
lebih tinggi. Misalnya para ilmuwan berusaha terus menemukan sumber-sumber
energi yang baru, dengan menggunakan hasil penemuan ilmiah yang digali oleh
generasi terdahulu terjadi karena manusia dibekali berbagai kemampuan (http://www.iphimkool.co.cc/...html).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 235)
kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri
sendiri. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan
yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan
kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan
juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan
sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan
hal tersebut Didik Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.
Sedangkan Woodworth dan Marquis (1957:58)
memberikan defisi bahwa kemampuan (ability) mempunyai 3 arti yaitu (achievement)
yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat
atau tes tertentu; (capacity) yang merupakan potential ability,
yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap
kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara
dasar dengan training yang intensif dan pengalaman; (aptitude) yaitu
kualitas yang yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja
dibuat untuk itu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan merupakan kacakapan atau keahlian seseorang dalam mencapai sesuatu
hal yang ia inginkan atau keinginannya.
b.
Pengertian Berbicara
Berbicara adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan
isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2007: 165). Sedangkan Djago Tarigan (1998: 15), mengungkapkan bahwa berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible)
dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide
yang dikombinasikan. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Maidar, Arsjad dan Mukti
US (1991: 17) bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan,
pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara adalah unkapan pikiran dan perasaan
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa (http://makalahdanskripsi.blogspot.com/.../pengertian-berbicara.html).
Sehubungan dengan hal itu Widdowson (1978: 59)
menyatakan bahwa berbicara sesungguhnya merupakan kemampuan menyampaikan pesan
melalui bahasa lisan. Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan
mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan
pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Brown G&G Yule, 1983: 2).
Pendapat lain diungkapkan pula oleh Nuraeni (2002: 87) bahwa berbicara
merupakan suatu proses penyampaian informasi, idea tau gagasan dari pendengar
sabagai komunikan.
Menurut Mulgrave
(1954: 3-4) “that conversing more than just uttering of voices or words. The
conversing is an appliance to communicate the idea compiled and also developed
as according to requirement of the listener or audience. The converse is the
speaker comprehend or do not, its discussion material goodness and also all
audience; what is he take coolly adaptable and or not, at the time of the
communicate its ideas, and what is he alert enthusiastic and or not” yang
artinya berbicara itu lebih dari pada hanya sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau
kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan
yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrument yang mengungkapkan
kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami
atau tidak, baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan
gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan
untuk menyampaikan pesan.
c. Pengertian
Kemampuan Berbicara
Kemampuan
berbicara merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam
pelajaran Bahasa Indonesia, di samping kemampuan aspek mendengarkan, membaca,
dan menulis. Keberanian untuk
berbicara, bertanya dan mengungkapkan gagasan sangat mendukung dalam proses
pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia. Untuk itu kemampuan berbicara perlu
dikembangkan kepada siswa sedini mungkin.
Kemampuan merupakan tuntutan utama yang harus
dikuasai oleh guru. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang
dikuasainya secara lisan (http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-berbicara).
Sedangkan menurut Nuraeni (2002: 87), kemampuan
berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam
penyampaian informasi secara lisan. Sehubungan dengan hal tersebut Isnaini
Yulianita Hafi (2000: 91) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara sebagai
kemampuan produktif lisan yang menuntut banyak hal yang harus dikuasai oleh
siswa, meliputi penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan,
bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk menyampaikan informasi secara
lisan yang menuntut keberanian serta kemahiran dalam aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan.
2.1.2
Hakikat Dongeng
a.
Pengertian Dongeng
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan
pesan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara
langsung melalui percakapan antara penyampai pesan dengan pihak yang menjadi
sasaran pesan tersebut. Pesan dapat juga disampaikan secara tidak langsung
melalui metode khusus, seperti lagu, komik maupun dongeng.
Menurut Poerwadarminto (1985: 357) mendefinisikan
dongeng adalah: “Cerita terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh
atau cerita yang tak terjadi”, sedangkan menurut sarikata Bahasa Indonesia
(1998: 155) dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama
tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh). Jadi dongeng merupakan cerita
yang dibuat tentang hal-hal aneh yang merupakan kejadian yang tidak
sesunggguhnya terjadi. Dongeng termasuk bentuk prosa lama.
Cerita rakyat merupakan salah satu tradisi yang
sampai sekarang masih banyak dijumpai dalam masyarakat. Cerita prosa rakyat
penyebaran dan pewarisnya biasanya dilakukan secara lisan. Menurut Wiliam R.
Bascom dalam Danandjaja (1986: 85) bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi
tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth), (2) legenda (legend),
dan (3) dongeng (Folktale). Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang
tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak
terikat oleh waktu maupun tempat. James Danandjaja (1986: 86) berpendapat bahwa
kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif
kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng dalam arti luas adalah cerita
prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan
walaupun banyak juga melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan
sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap
benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat, yang mempunyai
kegunaan sebagai alat hiburan atau pelipur lara dan sebagai alat pendidik
(pelajaran moral).
Pengisahan dongeng mengandung suatu
harapan-harapan, keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang tersurat.
Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang-kadang ajarannya
diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan
secara tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan, mencerna
dan menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam cerita tadi.
Indonesia adalah negara yang kaya akan dongeng,
khususnya dongeng untuk anak-anak. Masing-masing wilayah di Indonesia memiliki
koleksi dongeng yang memanfaatkan potensi alam sekitar, supaya emosi audiensi
dapat lebih terbangun. Tengok saja dongeng timun mas dari Jawa Tengah, Si
Kabayan dari Jawa Barat atau juga Pengeran Si Katak-katak dari Sumatra Utara.
Sampai saat ini, dongeng masih memiliki tempat di hati anak-anak Indonesia. Hal
ini disebabkan oleh kemasan dongeng yang merupakan perpaduan antara unsur
hiburan dengan pendidikan.
Unsur pendidikan ditujukan melalui pesan yang
dimuat, baik melalui cerita yang terakhir dengan kebahagiaan maupun kesedihan.
Inti dari sebuah dongeng dapat dijadikan bahan perenungan bagi audiensinya.
Unsur hiburan merupakan “bumbu penyedap” supaya penyampaian dongeng tidak
menimbulkan kebosanan, bisaanya dengan dialog interaktif antara pendongeng
dengan audience atau dengan humor.
b.
Unsur-unsur dalam Dongeng
Dalam sebuah
dongeng terdapat unsur-unsur penting yang meliputi alur, tokoh, latar, dan
tema. Dongeng yang bermutu memiliki perkembangan yang memadai pada keempat
unsur tersebut. Mungkin unsur yang
satu lebih ditekankan dari pada unsur yang lain, tetapi semua dikembangkan
dengan baik.
Menurut Lustantini (1998: 16) penyebab
ketertarikan audience pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur
penting dongeng yaitu:
1)
Alur
a) Alur adalah konstruksi mengenai sebuah
deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami
oleh pelaku.
b) Alur ada dua macam, yaitu alur lurus dan
alur sorot balik.
Alur lurus adalah peristiwa yang disusun
mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak,
menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang
dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya.
c) Alur dapat melibatkan ketegangan,
pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita
agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan.
d)
Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia)
atau sad ending (sedih).
2)
Tokoh
Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan
biasanya ada lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek,
atau makhluk khayal. Berikut penjelasan tentang penokohan dalam dongeng:
a) Tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam
cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16).
b) Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu
protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan
merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakterister yang
berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus
dijauhi sikap dan perbuatannya).
c) Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh
sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh
pengarang untuk menghidupkan dongeng.
3) Latar
/ Setting
Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu
terjadinya cerita. Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti
lebih dari itu. Di samping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu
cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural
lingkungan. Berikut penjelasan tentang latar atau setting:
a) Latar adalah segala keterangan, petunjuk,
pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa
dalam suatu karya sastra (Lustantini Septiningsih, 1998: 44).
b) Latar ada dua macam, yaitu latar sosial
(mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat
kebisaaan, cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik
atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah).
c) Latar adalah cerita akan memberi warna
cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan
proyeksi keadaan batin para tokoh.
4) Tema
Tema cerita merupakan konsep abstrak yang
dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan
tentang tema:
a) Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam
suatu cerita.
b) Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh
pengarang dipengaruhi oleh pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang diwujudkan
lewat tema.
c) Pengarang menampilkan sesuatu tema karena
ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang
ingin disampaikan itu disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang
diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan.
Keempat unsur penting di atas merupakan kunci
ketertarikan audience pada suatu dongeng. Satu unsur dapat lebih
menonjol diantara unsur lainnya, karena bisa jadi sebuah dongeng dikatakan
menarik karena alur dan penokohan saja yang menonjol. Tentu lebih baik apabila
keempat unsurnya dapat dikerjakan oleh pengarang dongeng dengan maksimal.
Contoh dari dongeng yang memiliki kekuatan dari seluruh unsur penting dongeng
adalah Timun Mas. Alur cerita yang melibatkan ketegangan dan peristiwa masa
lalu telah berhasil memancing imajinasi audience untuk mengikuti cerita.
Penokohan dikerjakan dengan mengikutsertakan karakter protagonis dan antagonis
yang menghasilkan kekontrasan. Timun Mas dan orangtunya melambangkan karakter
protagonis sedangkan raksasa melambangkan karakter yang antagonis dengan
kejahatan dan ketamakannya. Latar cerita benar-benar mengajak imajinasi audience
pada suasana kehidupan pedesaan yang penuh fantasi. Tema dari dongeng ini
jelas, yaitu menggambarkan tentang keberanian bertindak di atas kebenaran untuk
mengalahkan ketamakan dan kejahatan.keempat unsur ini sangat sesuai dengan
target audiencenya yaitu anak-anak.
c.
Macam-macam Dongeng
Cerita dalam sebuah dongeng dapat mempengaruhi
minat anak untuk membacanya, karena setiap anak mempunyai selera yang
berbeda-beda dalam diri mereka.
Dilihat dari isinya, dongeng dibedakan menjadi 5
macam yaitu:
1)
Dongeng yang lucu
Lucu menurut
Poerwadarminto (1985: 610) yaitu: “menimbulkan tertawa” jadi dongeng yang lucu
adalah cerita yang berisikan kejadian lucu yang terjadi pada masa lalu. Cerita
dalam dongeng lucu dibuat untuk menyenangkan atau membuat tertawa pendengar
atau pembaca. Contoh : Dongeng Abu Nawas
2)
Fabel
Poerwadarminto (1985: 278) mendefinisikan “Fabel
adalah cerita pendek berupa dongeng, mengambarkan watak dan budi manusia yang
diibaratkan pada binatang”. Fabel digunakan untuk pendidikan moral, dan
kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang, namun tidak selalu demikian.
Disamping fabel menggunakan tokoh binatang ada yang menggunakan benda mati.
Jadi fabel merupakan cerita pendek atau dongeng yang memberikan pendidikan
moral yang menggunakan binatang sebagai tokohnya. Contoh : Dongeng
kancil dan harimau.
3)
Legenda
Poerwadarminto (1985: 578) mendefinisikan legenda
adalah : “cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa
sejarah”. Menurut sarikata Bahasa Indonesia (2007: 21) legenda adalah: “Cerita
yang isinya tentang asal-usul suatu daerah”. Legenda baik sekali digunakan
untuk pendidikan di kelas-kelas rendah Sekolah Dasar untuk mengajarkan
konsep-konsep. Jadi legenda merupakan cerita dari zaman dahulu yang merupakan
kejadian-kejadian yang berhubungan dengan suatu tempat atau peristiwa yang baik
digunakan dalam pendidikan dasar. Contoh: Asal mula Danau Toba.
4)
Sage
Sage menurut
Poerwadarminto (1985: 848) adalah “Cerita yang mendasar peristiwa sejarah yang
telah bercampur dengan fantasi rakyat”, sedangkan menurut sari kata Bahasa
Indonesia (2007: 20) sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa sage
merupakan cerita dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah. Contoh:
Panji semirang.
5)
Mite
Mite menurut Poerwadarminto (1985: 641) adalah
“cerita yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya”. Sedangkan menurut Sarikata Bahasa Indonesia (2007:
20) mite didefinisikan sebagai: “dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan
masyarakat”. Jadi mite merupakan cerita tentang kepercayaan suatu masyarakat
yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: Nyai Loro Kidul
Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah
Fabel (dongeng binatang), beberapa alasan penggunaan fabel adalah:
1. Tokoh-tokoh binatang sangat menarik bagi
anak;
2. Lewat tokoh binatang dapat memberikan pendidikan
anak;
3. Anak akan memiliki rasa sayang pada
binatang;
4. Setelah besar anak akan memiliki kesadaran
untuk menjaga dan melestarikan alam lingkungannya, khususnya alam fauna;
5. Anak menyenangi hal-hal yang fantastik
seperti halnya binatang yang mirip manusia
Judul dongeng yang dipakai dalam penelitian ini
adalah Kancil Kena Batunya, serta Kancil dan kera.
Berdasarkan sarana atau jenis dongeng yang
digunakan guru dalam pembelajaran, syarat-syarat yang perlu diperhatikan
sebagai pendongeng dapat diuraikan sebagai berikut, (http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/353-cara-mendongeng.html):
2)
Syarat fisik
a) Pendongeng harus mampu menggunakan
penghasil suara secara lentur sehingga dapat menghasilkan suara yang
bervariasi. Dalam hal ini pendongeng harus mampu menyuarakan peran apapun dan
adegan apapun.
b) Pendongeng harus mampu menggunakan
penglihatan secara lincah dan lentur sesuai dengan keperluan. Jika mendongeng
di hadapan pendengar, ia harus menggunakan mata untuk kepentingan ganda.
Pertama, mata digunakan untuk memperkuat mimik. Kedua, sarana itu digunakan
pula untuk berkomunikasi dengan pendengar.
3)
Syarat mental dan daya pikir
a) Pendongeng harus bersikap mental serius,
sabar, lapang dada, disiplin, taat beribadah, berakhlak karimah, dan senang
berkesenian. Semua sikap mental tersebut sangat diperlukan oleh pendongeng
karena mendongeng memerlukan pemahaman yang sangat mendalam.
b) Pendongeng harus berpikiran cerdas dan
kreatif. Kecerdasan diperlukan karena pendongeng harus dapat menafsirkan isi
dongeng secara tepat. Pendongeng tidak boleh menafsirkan isi dongeng sesuai
dengan kehendaknya tanpa memperhatikan ide dasar dongeng.
c) Pendongeng harus berpengetahuan umum, luas
dan berketerampilan bahasa (Indonesia). Pengetahuan umum sangat bermanfaat bagi
pendongeng. Dengan memiliki pengetahuan umum yang luas, ia memiliki rasa
percaya diri yang tinggi.
Menurut Knower
(1958: 1331) dalam Encyclopedia of Educational Research, disebutkan sebagai
berikut “a speaker is consisted of four matter which is all needed in
expressing mind/its opinion to others. First, the speaker is an willingness, an
intention, an meaning wanted is owned by other, that is: an mind (a thought).
Second, the speaker is user the language, forming mind and feeling become the
words. Third, the seaker is something that wish to attend, wish listened,
submitting intention and its words to other pass the voice. Last, the speaker
is something that have to be seen, showing the aspect, something action which
must be paid attention and read to pass eye” yang artinya seorang pembicara
pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam
menyatakan pikiran/pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang pembicara
merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki
oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran. Kedua, sang pembicara adalah pamakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan
menjadi kata-kata. Ketiga, sang pembicara adalah sesuatu yang disimak, ingin
didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui
suara. Terakhir, sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat,
memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang harus diperhatikan dan dibaca
melalui mata.
d.
Langkah dalam Mendongeng
Abdul Aziz Abdul
Majid (2002: 30-34) menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam proses
pembelajaran yaitu:
1)
Pemilihan Cerita
Sebagian orang, secara piawai, mampu menceritakan
satu bentuk cerita tertentu dengan baik dibandingkan jenis cerita yang lain.
Seperti penguasaan terhadap cerita-cerita humor, binatang, misteri, dan sebagainya.
Memang sebaiknya, pendongeng hendaknya memilih jenis cerita yang sangat ia
kuasai. Tetapi lain halnya untuk seorang guru, tampaknya ia agak sulit jika
membatsi diri pada satu bentuk cerita. Sebab cerita yang akan disampaikan,
khususnya apabila diambil dari buku ini, memuat berbagai cerita dengan aneka
bentuk. Sedangkan jika mengambil bahan selain dari buku ini maka sebaiknya guru
memilih satu bentuk cerita saja. Namun, seorang guru tetap dituntut untuk
menguasai penceritaan berbagai jenis dongeng, tentunya dengan latihan yang
dilakukan terus-menerus.
Ada cerita yang bernada sedih dan gembira. Dalam
hal ini, guru sebaiknya dapat memilih cerita yang sesuai dengan kondisi jiwanya
saat akan bercerita. Antara yang menyedihkan dan menyenangkan. Karena keadaan
jiwa pendongeng akan berpengaruh pula pada setiap penceritaan.
Ada faktor lain yang dapat membantu dalam
pemilihan cerita, yaitu situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di awal tahun
sangat baik memilih cerita Sakinah dan Anaknya. Karena tokoh-tokoh dalam
cerita tersebut sangat dekat dan dikenal anak sebelum masuk sekolah. Kemudian
di akhir tahun cukup baik bila memilih kisah Cerita Tak Berujung. Sebab
cerita ini akan memberi kesan di hati para siswa menjelang kelulusannya di
akhir tahun. Dalam cerita ini digambarkan tentang sesuatu yang berulang-ulang
dan terus-menerus berlangsung, yaitu gambaran semut yang memasuki gudang
gandum, mengambil sebuah gandum lalu keluar. Kemudian semut yang lainnya
memasuki gudang untuk melakukan hal yang sama, dan seterusnya.
Adapun di pertengahan tahun, apa yang terjadi di
dalam atau di luar kelas bisa membantu dalam pemilihan cerita. Misalnya, ada
seorang murid yang datang terlambat tanpa alasan, maka guru dapat memilih
cerita Mahjubah yang Malas. Atau ketika seorang murid menemukan seekor
tikus memasuki kelas, untuk menanamkan dasar-dasar budi pekerti yang baik maka
dapat dipilih cerita Singa dan Tikus, dan seterusnya. Oleh karena itu,
guru harus menyiapkan dan membaca seluruh cerita yang hendak disajikan.
Sebagai catatan bagi guru, harus diingat bahwa
dalam penyampaian cerita yang lucu dan sedih, ia harus bercerita dengan
menggunakan cara yang tepat agar murid tidak salah mengapresiasikan. Misalnya,
dalam cerita yang menyedihkan mereka malah tertawa atau sebaliknya.
2)
Persiapan Sebelum Masuk Kelas
Keliru jika seorang guru mengira bahwa bercerita
dianggap pelajaran yang tidak memerlukan persiapan. Cukup dengan mengetahui
rangkaian peristiwa dan jalan cerita, lalu masuk kelas dan menyampaikanya
kepada siswa. Yang perlu diketahui bagi para guru bahwa setiap menit waktu yang
digunakan untuk berfikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum
pelajaran dimulai, akan membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah. Begitu
juga saat menggambarkan berbagai peristiwa di hadapan anak-anak, ia dapat
melakukannya dengan jelas. Ia mampu karena ia telah memikirkannya, merancang
gambaran alur cerita secara jelas, dan menyiapkan kalimat-kalimat yang akan
disampaikannya sebelum masuk kelas.
3)
Perhatikan Posisi Duduk Siswa
Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian
para siswa dengan sepenuh hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu, guru harus
dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik, sehingga mereka dapat
mengikuti jalan cerita.
Untuk keperluan ini, ketika penceritaan
berlangsung, para siswa hendaknya diposisikan secara khusus, tidak seperti
waktu mereka belajar menulis dan membaca. Hal terpenting adalah siswa dapat
menerima cerita yang disampaikan secara aktif, tidak duduk sesukanya. Kalau
perlu, mereka dapat berdiri sejenak. Dengan begitu suasana jauh dari kesan
resmi, tidak seperti umumnya pelajaran yang lain. Di antara guru dengan murid
harus terjalin keakraban yang wajar.
Hubungan guru dengan para siswa dalam bercerita
hendaknya seperti hubungan tuan rumah dengan tamunya. Ia menyambut mereka,
menghidupkan suasana, menghibur, serta menciptakan suasana kasih sayang dan
persahabatan. Oleh karena itu, sangatlah dianjurkan bila posisi duduk para
siswa dekat dengan guru. Karena kedekatan tempat duduk ini akan membantu
pendengaran para siswa dalam menyimak suara guru dan gerakan-gerakannya pun
akan terlihat jelas. Posisi seperti ini juga akan memudahkan guru dalam
membimbing setiap siswa dan melihat mereka secra langsung dengan hanya satu
pandangan, sebab mereka berkumpul dekat dengannya.
Posisi duduk yang baik bagi para siswa dalam
mendengarkan cerita adalah berkumpul mengelilingi guru dengan posisi setengah
lingkarn atau mendekati setengah lingkaran. Guru juga harus dapat memastikan
bahwa para siswa merasa bebas jiwanya dengan beberapa aturan tentunya di tempat
duduk mereka dan membantu mereka memilih tempat duduk yang sesuai. Guru bisa
membiarkan sebagian siswa duduk di samping kanan-kirinya, yang lain duduk di
belakangnya dan yang lain lagi dibiarkan berdiri jika mereka menghendaki.
Guru hendaknya tidak menempatkan siswa duduk atau
berdiri di kedua ujung setengah lingkaran, jika itu akan menyulitkan dalam
memperhatikan mereka baik ketika duduk ataupun berdiri saat penceritaan
berlangsung. Kemudian guru duduk di bangkunya secara terpisah, menghadap
murid-muris dan memandang mereka semua secara menyeluruh, untuk dapat
mengundang perhatian mereka. Sebaiknya guru tidak langsung duduk ketika mulai
bercerita, tetapi memulainya dengan berdiri, lalu pada menit-menit selanjutnya
secara perlahan-lahan ia bersiap untuk duduk pada saat menyampaikan pembukaan
cerita, kemudian setelah itu berulah ia duduk.
Dari penjelasan tadi, hendaknya tidak dipahami
bahwa guru harus selalu duduk sepanjang bercerita. Sebab alur kisah itu
mengharuskannya pula untuk bergerak, mengubah posisi duduk, dan terkadang
mengharuskannya untuk berdiri dan berjalan sesuai kebutuhan.
2.1.3
Hakikat Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.
Pengertian Metode
Metode merupakan
teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam
rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998: 1). Sedangkan menurut Saliwangi (1994: 4), metode
adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal
tersebut Sunaryo (1995: 73) berpendapat bahwa metode adalah cara-cara yang
ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan untuk
dapat mencapai hasil secara optimal.
b. Pengertian
Pembelajaran
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah kata benda yang diceritakan sebagai
proses, cara menjadikan orang atau makhluk belajar (Poerwadarminto, 2007: 17).
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia,
material, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57). Untuk itu jika dilihat dari kondisi
pembelajaran maka pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi
murid, untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki, bukan sekedar menyampaikan
pengetahuan dan membentuk ketrampilan saja. Bila proses menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang
dipergunakan maka akan menurunkan kualitas pembelajaran. Menurut Corey dalam
Nyimas Aisyah (2007: 1.3) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
kondisi-kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Pendapat lain
diungkapkan oleh Gagne, Birggs, dan Wager dalam Udin S Winata Putra (2007:
1.19) bahwa Instruction is a set of event that affect learners is such a way
the learning is facilitated. Pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Suprapto (2003: 9) berpendapat bahwa pembelajaran
didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan subyek didik yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar
subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Sedangkan menurut Suyitno (2004: 1) pembelajaran adalah upaya untuk
menciptakan iklim dan pelayananterhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan
kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru
dengan siswa serta siswa dengan siswa. Senada dengan hal tersebut Gino,
Suwarni, Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan (1998: 30) mengungkapkan bahwa
istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran, yang berarti:
cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh
siswa) dan mengajar (oleh guru). Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan
sebagai usaha untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang
tepat seperti yang digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha
yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuata siswa
belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan
belajar mengajar.
Para ahli psikologi kognitif menjelaskan bahwa
pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mengaktifkan indera siswa agar siswa
memperoleh pemahaman. Cara untuk mengaktifkan indera siswa dapat dilakukan
denagan cara menggunakan alat bantu belajar atau metode belajar seperti metode
cetak atau metode elektronik sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan hal itu
pula, Djamarah (1997: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Sejalan dengan pendapat
di atas, Slameto (1995: 2) mengartikan pembelajaran sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Sumadi
Suryabrata (1981: 2) bahwa pembelajaran adalah aktivitas yang menghasilkan
perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan
itu pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang dan melibatkan kegiatan berpikir yang terjadi
melalui interaksi aktif dengan lingkungan (pengalaman belajar), sehingga
terjadi perubahan tingkah laku yang positif. Pembelajaran adalah proses
mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun
manusiawi. Proses konstruksi itu dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses
ini adalah proses yang aktif. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan
yang telah dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Kelompok belajar dianggap sangat, membantu belajar karena
mengandung beberapa unsure yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan
harga diri seseorang. Pembelajaran juga dapat diartikan adanya perubahan yang
menuju ke arah yang lebih maju dan perubahan itu didapatkan dengan latihan yang
disengaja. (http://whandi.net/pengertian-pembelajaran.html)
Dengan demikian pembelajaran bukan hanya tingkah
laku yang nampak, tetapi terutama adalah proses yang terjadi secara internal di
dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan baru yang berupa reaksi
dan perangsang. Belajar akan membawa suatu perubahan yang tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan,
sikap, pengertian, harga diri dan minat.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh karena adanya usaha
yang disengaja yang berupa pengalaman atau reaksi situasi.
c.
Pengertian Metode Pembelajaran
Metode di dalam pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting, karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah
pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Dengan menggunakan metode secara
tepat dan akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Jadi guru
sebaiknya menggunakan metode mengajar yang dapat menunjang kegiatan
belajar-mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang paling efektif
untuk mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Asmawan Zain,
1996: 109). Metode pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien (http://www.lintasberita.com/lifestyle/pendidikan/definisidanpengertian-strategi-pembelajaran).
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (http://definisi-pengertian.blogspot.com/definisi-metode-pembelajaran.html).
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah: cara yang dianggap
efisien yang digunakan oleh guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran
tertentu kepada siswa agar pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya.
d.
Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Berikut ini adalah
pemaparan beberapa ahli yang menjelaskan jenis-jenis metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran yakni:
1.
Menurut Saliwangi (1994: 56-62), metode pembelajaran
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Metode ceramah, metode ceramah
paling efisien untuk menyampaikan informasi dengan cara guru bercerita; (b)
Metode tanya jawab, metode ini dapat digunakan untuk menilai tingkat pemahaman siswa
terhadap isi bacaan atau materi yang diberikan; (c) Metode diskusi kelompok,
metode ini bertujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam
mencapai tujuan bersama; (d) Metode pemberian tugas, siswa diharapkan ikut
serta secara aktif datam suatu proses belajar mengajar; (e) Metode studi kasus,
metode menganalisis masalah, menghubungkan masalah dengan kehidupan
sehari-hari; (f) Metode brain storming (meramu pendapat), metode meramu
pendapat merupakan perpaduan antara teknik tanya jawab dengan teknik diskusi;
(g) Metode eksperimen, yaitu guru mendemonstrasikan secara langsung dan siswa
memperhatikannya pada kesempatan berikutnya siswa mencobanya sendiri; (h)
Metode simulasi, sebagai tiruan dari keadaan yang sesungguhnya; (i) Metode
sosiodrama, suatu cara dimana siswa mendramatisasikan sekaligus memecahkan
masalah kehidupan di masyarakat.
2.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Depdikbud (1994:
37-47), metode pembelajaran diklasifikaskan sebagai berikut: (a) Metode
penugasan, yaitu suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang dipersiapkan guru; (b) Metode
eksperimen, yaitu suatu cara memberikan kepada siswa secara perseorangan atau
kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri; (c)
Metode proyek, yaitu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah
diperoleh dari berbagai mata pelajaran; (d) Metode diskusi, yaitu cara
penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah untuk
mecapai suatu kesepakatan; (e) Metode widyawisata, yaitu cara penguasaan bahan
pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek; (f) Metode bermain peran,
yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya
ekspresi dan penghayatan siswa; (g) Metode demonstrasi, yaitu cara mengajar
dengan mempertunjukkan suatu benda atau cara kerja sesuatu; (h) Metode tanya
jawab, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk
pertanyaan yang dijawab oleh siswa; (i) Metode latihan, yaitu metode yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampiian
tertentu berdasarkan petunjuk guru; (j) Metode ceramah, yaitu suatu cara
mengajar dengan penyajian melalui penuturan dan penerangan lisan kepada siswa;
(k) Metode pameran, metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang telah dipelajari; (l) Metode
cerita, yaitu suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa dengan
mengungkapkan kepribadian lokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda,
dongeng dan sejarah lokal; (m) Metode simulasi, yaitu suatu cara penyajian
bahan pelajaran melalui kegiatan praktek langsung tentang pelaksanaan
nilai-nilai penerapan pengetahuan dan keterampilan sehari-hari.
3.
Menurut Suparlan, Metode mengajar yang biasa digunakan
di sekolah, antara lain: metode ceramah, penugasan, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, bermain peran, eksperimen, widya wisata, latihan, simulasi, brain
storming kerja kelompok dan lain-lain. (http://suparlan.com/page/posts/metode
mengajar)
e.
Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran yang
sangat penting di Sekolah Dasar, pembelajaran ini nantinya sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari (Departemen P dan K, 1993: 3). Maka pembelajaran di
sekolah tingkat bawah dibutuhkan suatu kejelian dan kesungguhan menguasai
pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam kehidupan umat manusia. Bahasa merupakan seperangkat ajaran yang
bermakna, bahasa alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa lambang
bunyi yang bermakna yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka belajar
bahasa dengan mengamati orang-orang di sekitarnya. Mereka menggunakan bahasa
dalam situasi yang alami. Ketika anak memasuki sekolah, guru-guru mengembangkan
pembelajaran bahasa dengan menciptakan suasana yang membuat anak-anak melakukan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa tertulis.
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, dengan Bahasa Indonesia guru harus bisa dan
mampu menanamkan rasa senang agar anak didik terangsang dan terdorong untuk
mempelajari Bahasa Indonesia. Anak didik berantusias aktif dan kreatif penuh
gagasan maju untuk balajar Bahasa Indonesia. Seorang guru hendaknya
pandai-pandai menyampaikan atau menstransfer bahan ajar.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
aspek berbicara tidak lepas dari suatu metode yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi ajar kepada para peserta didik, metode pembelajaran
berbicara berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran berbicara. Metode pembelajaran
berbicara yang baik harus memenuhi berbagai kriteria. Kriteria tersebut
menyangkut tujuan, bahan, keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Metode
tersebut antara lain: ulang-ucap, lihat-ucap, tanya jawab, dan berbagai metode
yang lain. Metode ulang ucap yaitu mengulangi suara yang diucapkan oleh guru
atau rekaman suara guru. Suara guru yang direkam/yang akan ditirukan oleh
peserta didik sebaiknya dipersiapkan dengan matang agar tidak terjadi suatu
kesalahan. Metode lihat ucap, guru mempersiapkan dan memilih sesuatu atau
benda-benda yang ingin diperlihatkan kepada peserta didik. Setelah para peserta
didik melihat benda-benda tersebut, mereka menyebut nama atau menjelaskan
dengan beberapa kalimat. Benda-benda tersebut hendaknya disesuaikan dengan materi
ajar yang dibahas. Metode tanya jawab yaitu suatu metode pembelajaran berbicara
dimana guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh peserta didik,
begitu pula siswa dipancing untuk berani dan dapat menyampaikan beberapa
pertanyaan kepada guru. (http://teknologipendidikan.wordpress.com/prinsp.pengembangan.metodependidikan.sebuahpengantar)
f. Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Banyak unsur yang mempengaruhi keberhasilan proses
belajar siswa. Namun, guru tetap dipandang unsur yang paling penting dan
menduduki posisi yang tinggi dalam mensukseskan keberhasilan pembelajaran di
sekolah. Mutu guru yang baik merupakan faktor penyebab utama mencakup mutu
suatu sekolah yang baik pula. Sebaliknya rendahnya mutu guru merupakan penyebab
rendahnya mutu di suatu sekolah, siswa yang berprestasi memiliki potensi yang
baik untuk berkembang dalam bimbingan guru yang profesional lagi pula yang
memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, sedangkan siswa akan merasa sulit
belajar sendiri tanpa mendapatkan bimbingan dari guru yang mampu mengemban
tugasnya dengan baik. Para siswa dapat belajar dengan baik jika guru telah
mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.
Guru memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan
kemampuan komunikatif siswa. Untuk itu, guru secara otomatis harus lebih
memiliki kemampuan komunikatif tersebut. Menurut Canale dalam Sarwiji Suwandi
(2006: 49) menjelaskan bahwa kemampuan komunikatif terbentuk dari empat
kompetensi, yaitu kompetensi gramatika, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi
wacana, dan kompetensi strategi. Untuk mewujudkan tanggung jawab tersebut.
Sarwiji Suwandi (2006: 49-51) mengatakan sejumlah peranan penting yang diemban
guru dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: (1) Guru
berperan sebagai perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, (2) Guru
berperan sebagai fasilitator yang kreatif dan dinamis, (3) Guru berperan
sebagai model, (4) Guru berperan sebagai motivator, (5) Guru berperan sebagai
evaluator.
Guru Bahasa Indonesia adalah seseorang yang
mempunyai tugas membina para siswa setiap hari yang berkaitan dengan Bahasa
Indonesia. Sehubungan dengan itu mestinya seorang guru harus mempunyai rasa
tanggung jawab yang besar atas perkembangan Bahasa Indonesia, khususnya di
lembaga sekolah, dimana guru tersebut bertugas. Dengan demikian peran guru
sangatlah penting untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bagaimanapun baiknya dan sempurnanya kurikulum
serta lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan yang lain, apabila guru tidak
ada kesadaran untuk menjalankan tugas dengan baik, mustahil hasil pembelajaran
akan baik. Bahkan tujuan yang akan diraih tidak akan terpenuhi atau gagal.
Selanjutnya dikatakan oleh Mulyasa (2005: 37-44)
bahwa peran guru dalam pembelajaran meliputi: (1) Guru sebagai pendidik, (2)
Guru sebagai pengajar, (3) Guru sebagai pembimbing, (4) Guru sebagai pelatih,
(5) Guru sebagai penasihat, dan (6) Guru sebagai pembaharu (inovator).
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa peranan guru sangatlah kompleks, baik di sekolah maupun di
masyarakat. Hal ini dapat diuraikan sebagi berikut:
1)
Guru sebagai Pendidik
Sebagai pendidik seorang guru mempunyai tugas yang
amat berat. Mendidik disini menitikberatkan pada moral atau kepribadian,
seorang guru harus bisa membawa peserta didik menuju ke arah kedewasaan, dewasa
yang dimaksud adalah kedewasaan rohani.
Siswa diharapkan mempunyai rasa tanggung jawab dan
mandiri. Hal tersebut adalah tugas guru sebagai seorang pendidik. Guru harus
mampu membentuk kepribadian siswa untuk punya rasa tanggung jawab dan mandiri.
Tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilaksanakannya dan yang menjadi
kewajibannya. Mandiri yang dimaksud mampu melaksanakan kewajiban sendiri tanpa
harus mengandalkan orang lain.
Untuk dapat membentuk siswa yang punya rasa
tanggung jawab dan mandiri. Seorang guru harus sudah terbentuk rasa tanggung
jawabnya dan rasa mandiri pada dirinya. Tanpa punya rasa tanggung jawab dan
rasa mandiri, mustahil akan bisa membentuk siswa yang mempunyai jiwa tanggung
jawab dan mandiri. Selain itu seorang guru sebagai pendidik harus paham
terhadap nilai-nilai moral dan sosial, sehingga guru dapat membedakan mana yang
baik yang perlu dilakukan dan mana yang tidak baik yang harus ditinggalkan
Selain itu masih berkaitan dengan guru sebagai pendidik, seorang guru harus
mampu membentuk kepribadian siswa yang mampu tampil sebagai model bagi
lingkungan para siswa lainnya dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Anak
diupayakan untuk memahami dan memiliki nilai-nilai spiritual, moral, siosial,
emosional, dan intelektual tersebut serta mampu mewujudkan nilai-nilai tersebut
dalam perilaku sehari-hari, baik dilingkungan siswa itu sendiri maupun di
masyarakat.
Dengan demikian kalau hal-hal di atas dapat
diwujudkan oleh guru, maka tugas seorang guru dalam mendidik dan memberi contoh
kepada siswa dapat berhasil. Sehingga guru tersebut dapat disebut
sebagai pendidik.
2)
Guru sebagai Pengajar dan Pelatih
Guru berperan sebagai pengajar dan pelatih, sekaligus
berperan sebagai fasilitator, yang memberikan kemudahan terhadap peserta didik.
Siswa perlu mendapat kemudahan-kemudahan dari guru dalam proses menerima
materi/bahan pelajaran. Tanpa bantuan guru, siswa kesulitan untuk menerima
konsep dari berbagai ilmu yang berkembang pada saat ini.
Sebagai pengajar seorang guru mempunyai tugas
menanamkan suatu konsep kepada peserta didik. Untuk itu guru harus memiliki
kelebihan pemahaman terhadap berbagai konsep ilmu yang sedang berkembang,
walaupun tidak sempurna. Setidak-tidaknya seorang guru harus tahu terlebih
dahulu daripada peserta didiknya.
Peran guru sebagai pengajar menurut pandangan lama
yaitu guru bertugas mentransfer berbagai ilmu yang dimilikinya kepada peserta
didik. Pandangan ini sampai sekarangpun masih ada. Guru menganggap siswa
sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru. Siswa secara pasif menerima
materi pembelajaran dari guru dan gurulah yang aktif dalam menampilkan materi
pembelajaran.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi mengubah fungsi guru sebagai pengajar yang mentransfer materi
pembelajaran menjadi memberi kemudahan terhadap siswa yang belajar. Dengan
demikian situasipun menjadi berubah, dari siswa yang pasif sekarang siswa harus
aktif.
Peran guru sebagai pelatih membuktikan bahwa guru
mempunyai tanggung jawab melatih siswa tentang ketrampilan. Dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia guru melatih siswa untuk terampil Bahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Keterampilan berbahasa tersebut mencakup empat aspek, yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Dalam melatih siswa seorang harus memperhatikan
berbagai hal tentang siswa. Diantaranya ialah kemampuan perbedaan individu dan
lingkungannya. Selain itu guru harus mampu menciptakan situasi diman siswa
dapat menemukan sendiri apa yang seharusnya dikehendaki. Dengan demikian guru
tidak dibenarkan memaksa siswa untuk menuruti kemauannya. Guru harus bertindak
mempermudah usaha siswa dalam mencapai sesuatu dalam hal ini terampil dalam
berbahasa Indonesia.
4)
Guru sebagai Penasehat dan Motivator
Guru secara otomatis berperan sebagai penasihat
dan pemberi semangat/dorongan dalam proses belajar mengajar bagi peserta didik.
Oleh karena itu seorang guru harus pandai-pandai menarik simpati siswa dalam
situasi proses balajar mengajar. Hal ini dilakukan agar siswa menaruh
kepercayaan kepada guru. Guru yang tidak mendapatkan kepercayaan dari siswa,
segala bicaranya mustahil siswa akan menurutinya.
Nasihat dan dorongan guru sangat dibutuhkan oleh
siswa dalam proses belajar mengajar. Apabila siswa kesulitan dan jalan buntu
dalam proses penguasaan materi pelajaran akan berlari pada guru. Dalam hal ini
guru wajib memberikan nasihat dan dorongan agar siswa tinggi dan besar
semangatnya dalam usaha penguasaan materi pelajaran. Dalam memberikan nasihat
dan dorongan kepada siswa diharapkan guru hanyalah memberikan jalan keluar
saja. Biarlah siswa sendiri yang mengatasi dan menyelesaikan kesulitan dalam
proses belajar mengajar. Sehingga siswa merasa puas dan percaya terhadap guru
atas nasihat dan motivasinya.
Dalam penguasaan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia yang menitiberatkan pada empat keterampilan berbahasa tersebut
hendaknya guru mampu memberikan nasihat dan dorongan kepada siswa. Atas nasihat
dan dorongan tersebut diharapkan para siswa timbul semangat dan bergairah dalam
mendalami materi pelajaran tersebut.
Sehubungan siswa benar-benar mampu dan terampil
dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar yaitu terampil dalam menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis, baik di sekolah maupun di masyarakat. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut apabila telah dipahami oleh para siswa, maka
kemampuan berbahasa atau komunikatif akan terbentuk pada diri para siswa.
5)
Guru sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru merupakan jembatan yang dapat menerjemahkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh generasi tua pada generasi muda
(peserta didik). Pengalaman-pengalaman yang dimiliki orang-orang terdahulu
sangatlah berati bagi para generasi berikutnya. Disinilah peranan guru untuk
menerjemahkan pengalaman tersebut kepada para peserta didik.
Hal yang perlu disadari adalah bahwa manusia punya
kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain. Hal ini berarti bahwa
setiap manusia yang normal dapat menerima pendidikan, dapat menerima pengalaman
dari orang lain termasuk pengalaman orang-orang terdahulu.. kesempatan yang ada
dapat dipergunakan untuk mendalami dan menerima pengalaman bukan hanya dalam
satu waktu, melainkan pengalaman-pengalaman yang telah bertahun-tahun.
Bahasa merupakan sarana untuk bisa menyerap
berbagai pengalaman yang telah bertahun-tahun. Bahasa tulis sangat pegang
peranan dalam menerjemahkan pengalaman tersebut dari generasi ke generasi, oleh
karena itu dengan melalui bahasa tulis khususnya dan keterampilan berbahasa
lain pada umumnya, seorang guru harus mampu menerjemahkan pengalaman-pengalaman
tersebut kepada para peserta didik.
Inilah peranan guru dalam pembaharu (inovasi).
Guru harus mampu menerjemahkan pengalaman-penglaman atau pikiran-pikiran lama
ke dalam bahasa yang mudah diterima oleh generasi baru (peserta didik). Memang
dalam kenyataannya dalam pandangan lama, pikiran lama, atau dalil-dalil lama
dapat diwujudkan dalam bentuk baru dihadapan para peserta didik.
6)
Guru sebagai Evaluator
Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, guru
mempunyai peran sebagai evaluator. Tugas guru memberikan penilaian terhadap
peserta didik dalam kaitannya dengan kewajibannya sebagai pelajar. Penilaian
tersebut meliputi penilaian hasil belajar dan penilaian proses belajar. Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dititikberatkan pada proses belajar.
Proses belajar mengajar yang benar seharusnya guru
berupaya untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu, bukan memberikan
sesuatu yang sebanyak-banyaknya, yang dapat dilihat pada akhir proses belajar
mengajar, oleh sebab itu penilaian yang benar harus dilakukan selama proses
belajar mengajar, bukan pada akhir proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu
melakukan cara penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menitikberatkan
prosesnya.
2.2 Kerangka
Berpikir
Adanya kemampuan
berbicara yang rendah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, hal ini dikarenakan
pembelajaran yang dilaksanakan guru masih bersifat konvensional yang hanya
berceramah dan menggunakan metode penugasan sehingga siswa kurang tertarik
dalam mengikuti pelajaran, hal ini juga mengakibatkan siswa kurang mengerti
makna dan tujuan dari pembelajaran sehingga Bahasa Indonesia selalu dianggap
sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit dan kurang menarik, bahkan membosankan.
Untuk mengatasi
hal tersebut di atas perlu diadakan pembenahan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru khususnya dalam pembelajaran berbicara. Solusi yang diambil adalah dengan menggunakan
metode dongeng dalam pembelajaran berbicara. Dengan penggunaan metode dongeng
siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran Bahasa
Indonesia khususnya berbicara. Setelah penggunaan metode dongeng maka kemampuan
berbicara siswa pun meningkat.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya
penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka
pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai
gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian.
2.1 Hipotesis
Berdasarkan
landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas yakni Pembelajaran melalui dongeng diduga dapat
meningkatkan kemampuan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa
kelas I SD Negeri 2 Durian Payung.
DAFTAR PUSTAKA
(http:
//www.iphimkool.co.cc/kemampuanbahasaindonesia.html) diunduh 24 Februari 2012.
(http://suparlan.com/page/posts/metode
mengajar) diunduh 24 Februari 2012.
(http://whandi.net/../pengertian-belajar.html)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://teknologipendidikan.wordpress.com/prinsp.pengembangan.metodependidikan.sebuahpengantar)
diunduh 24
Februari 2012.
(http://www.google.com/R.Sigit’s-Undergraduated.these.pdf.kemampuan-berbicara)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://
definisi-metode-pembelajaran.blogspot.com) diunduh 24 Februari 2012.
(http://www.um-pwr.ac.id/web/artikel/353-cara-mendongeng.html)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://digilib.petra.ac.id/.../jiunkpe-ns-s1-2008-hanurda-chapter2.pdf)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://www.pdftop.com/ebook/pengertian+kemampuan)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://makalahdanskripsi.blogspot.com/.../pengertian-berbicara.html)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-berbicara)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://www.lintasberita.com/lifestyle/pendidikan/definisidanpengertian-strategi-pembelajaran)
diunduh 24 Februari 2012.
(http://definisi-pengertian.blogspot.com/definisi-metode-pembelajaran.html)
diunduh 26 Februari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar