Jumat, 31 Mei 2013

PENGERTIAN PUISI dan PROSA FIKSI


 A.    Pengertian Puisi dan Prosa Fiksi

 a)      Pengertian Puisi
            Secara etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang berarti membuat, poeisis yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti pembuat, pembangun atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to create, sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker.
             Lebih lanjut Tengsoe Tjahjono mendefinisikan puisi sebagai ungkapan pikir dan rasa yang padat dan berirama, dalam bentuk larik dan bait dengan memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
            Hudson mengungkapkan puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
            Sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, puisi mempunyai unsur-unsur intrinsik, yaitu:
  1. Tema (gagasan utama)
  2. Rasa (arti emosional)
  3. Nada (menggurui, mencaci, merayu, merengek, menyindir, mengajak,dsb).
  4. Amanat (pesan)
  5. Diksi (pilihan kata)
  6. Imajeri (daya baying: imajeri pandang, imajeri dengar, imajeri rasa, dsb).
  7. Kata-kata konkret (kata-kata yang secara denotatir sama, tetapi secara konotatif berbeda)
  8. Gaya bahasa (bahasa khas untuk memperjelas makna)
  9. Ritme (irama)
  10. Rima (persamaan bunyi; sajak)

b)      Pengertian Prosa Fiksi
Prosa Fiksi = karya fiksi, prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita berplot. Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin  suatu cerita.
Unsur-unsur prosa fiksi:
1.      Pengarang atau narator.
2.      Isi penciptaan, Pengarang memaparkannya lewat:
a.         penjelasan atau komentar.
b.         Dialog maupun monolog
c.         Lewat lakuan atau action
3.      Media penyampai isi berupa bahasa.
4.      Elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Unsur-unsur intrinsic terdiri atas:
a.         Tema
b.         Amanat
c.         Alur
d.        Perwatakan
e.         Latar
f.          Pusat Pengisahan
Prosa fiksi lebih lanjut dapat dibedakan atas roman, novel, novelet, maupun cerpen.

B.     Pengertian Apresiasi

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apresiatio yang berarti mengindahkan atau menghargai.  Kata apresiato menurunkan kata appreciation (Inggris) atau appretiare (Perancis).
Istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna:
(1). Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin.
(2). Pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
Natawijaya menyatakan bahwa apresiasi adalah penghargaan dan pemahaman atas sesuatu hasil seni atau budaya. (Tugas: Buat kesimpulan sendiri pengertian apresiasi!)
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu:
(1). Aspek kognitif.
(2). Aspek emotif.
(3). Aspek evaluatif.
Akhirnya apresiasi puisi didefinisakan oleh Tengsoe Tjahjono sebagai aktivitas menggeluti puisi yang melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik, melalui langkah-langkah mengenali, menikmati dan memahami sehingga tumbuh penghargaan terhadap keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Analog dengan definisi apresiasi puisi kita dapat mendefinisikan apresiasi prosa dengan mengganti obyek puisi menjadi prosa.

C.    Kegiatan Apresiasi  Puisi dan Apresiasi Prosa Fiksi

Kegiatan apresiasi puisi dan prosa fiksi dapat mengambil bentuk kegiatan langsung,  kegiatan tidak langsung, kegiatan dokumentatif maupun kegiatan kreatif.
1.      Kegiatan apresiasi langsung.
Kegiatan apresiasi  langsung adalah kegiatan yang secara sengaja dilakukan untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan, menghargai dan menilai karya sastra secara tepat.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain dengan membaca  karya sastra ( puisi dan prosa fiksi),  mendengarkan/melihat  karya sastra dibacakan,     dilakukan/dideklamasikan baik melalui pertunjukan life, atau melalui  media elektronika.
  1. Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca karya sastra di sini bukan  sekedar membaca, tetapi membaca dengan sungguh-sungguh, dengan empati, dengan kegairahan, sampai ia menemukan pengalaman pengarang di dalam karangannya. Pembaca memperoleh kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu untuk memberikan penghargaan yang layak terhadap karya sastra.
Sebagai ilustrasi, kita misalkan seseorang membaca puisi di bawah ini.
            AYAHKU
                                    Oleh: Eddy Juniaman
Ayahku
ia seorang kecil
jabatannya pun kecil
tetapi dia orang besar
besar dalam pandanganku
presiden dalam perasaanku

Ayahku tidak kaya harta
kekayaannya ialah cita-cita
dia minyak, dia obor
dia jalan, dia jenjang
kami tinggal memanfaatkanya

Ayahku presiden
dalam hatiku
dalam hati kami
           
Apabila  orang/pembaca tersebut merasa terharu akan sikap seorang anak yang sangat mengagumi ayahnya. Dia merasa menjadi aku puisi (aku liris) yang sama-sama mengagumi ayahnya. Terbayang olehnya keadaan ekonomi ayahnya, ketegaran hidupnya, kepemimpinan dan kasih sayang ayahnya. Setelah membaca puisi tersebut ia pun merasa semakin hormat kepada ayahnya.
Selain itu, ia juga merasa kagum kepada penulis puisi tersebut yang mampu menggugah pembaca dengan bahasa yang sederhana bahkan lugu. Dengan kesederhanaannya penulis mampu menyusun tema yang disajikan.  Gaya bahasa dan diksi (pilihan kata) digunakan begitu tepat. Iapun terus menggumuli puisi tersebut dengan dibekali kemampuan teoritis yang dimiliki. Bagaimana sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dibicarakan, bagaiman nada membicarakannya, dan bagaimana tujuannya..
  1. Mendengarkan Karya Sastra Dibacakan/Dilakukan
Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan dapat mengambil bentuk mendengarkan puisi/cerpen dituturkan, baca dongeng, dst. Kegiatan ini dapat dilakukan secara life maupun melalui saluran media elektronik, seperti radio atau televisi, bahkan melalui rekaman  kaset/tape recorder, CD/MP-3/VCD, komputer/internet, dst.
2.      Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung.
Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan di luar apresiasi langsung yang dapat membantu meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan apresiasi langsung.  Termasuk dalam kegiatan ini antara lain mempelajari konsep, teori, sejarah, ulasan, yang berhubungan dengan sastra.
Jadi jika pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan pengertian meningkat, maka apresiasi kita terhadap karya sastra akan meingkat pula. Dengan demikian kegiatan apresiasi tidak langsung ini, tidak bisa dianggap remeh, karena apresiasi tanpa ditunjang kegiatan tersebut tidak akan efektif.
3.      Kegiatan dokumentatif.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau mengadakan koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku, artikel, atau pembahasan tentang sastra.
4.      Kegiatan kreatif.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan karya sastra  itu sendiri atau menulis tentang sastra, seperti menulis kritik, esai, artikel, studi, penelitian sastra, dan sebagainya.

         Menurut Tengsoe Tjahjono kegiatan apresiasi puisi meliputi:
1.      Kegiatan reseptif, kegiatan penerimaan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan membaca, kegiatan analitik, dan kegiatan interpretatif.
2.      Kegiatan produktif, kegiatan penciptaan.
3.      Kegiatan performansi.
4.      Kegiatan dokumentatif.

D.    Tingkat-Tingkat Apresiasi Sastra
             Kemampuan apresiasi  keadaannya bertingkat-tingkat, karena itu dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Yang belum mampu dapt dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat dilatih, karena itu pula dapat diajarkan.
                Yus Rusana dalam makalahnya menuliskan, “Tingkatan apresiasi ada tiga” yaitu, tingkat pertama terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam sebuah karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan karya itu.  Tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual pembaca bekerja lebih giat, dan tingkat ketiga apabila pembaca menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas dan mendalam.
1.      Apresiasi Tingkat Pertama
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkatan pertama merupana tingkatan yang didominasi pergulatan emosi, walaupun tetap dikontrol oleh kesadaran intelektual dan dipupuk oleh imajinasi. Di tingkat pertama, apresiator seolah-olah berada di dalam “pengalaman” yang diceritakan pengarang. Ia dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, dan sebagainya jika pengarang memang melukiskan hal tersebut.  Dengan imajinasinya apresiator dapat menangkap dan membayangkan kejadian-kejadian yang terdapat dalam karya tersebut. Ia mulai memperoleh kenikmatan dari karya sastra yang sedang diakrabinya.
2.      Apresiasi Tingkat Kedua.
Di tingkat ini,  apresiator berusaha mengungkap hal-hal yang ada di balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur pembentuknya, bahkan ia merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan cipta  sastra. Iapun merasa perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra. Dengan demikian ia dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur pembentuknya (unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra).
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai gambaran tentang karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui kualitas karya tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan karya tersebut  dan terhadap pengarangnya. Iapun semakin menikmati dan semakin bergairah mngakrabi karya tersebut.
3.      Apresiasi Tingkat Ketiga.
Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari bahwa sastra bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai kenikmatan yang tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya sastra. Ia juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud bangun karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan karya tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.
Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai karya sastra tersebut dengan layak dan tepat.

E.     Manfaat Mengapresiasi Prosa Fiksi dan Puisi

            Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan apresiasi sastra pada umumnya menurut Aminuddin, (dan apresiasi puisi pada khususnya, pen)  dapat  dikemukakan sebagai berikut:
1.      Mendapatkan hiburan.
2.      Mengisi waktu luang.
3.      Memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan.
4.      Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur  yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri.
5.      Pembaca dapat memperoleh dan memahami nilai-nilai budaya dari setiap jaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
6.      Mengembangkan sikap kritis pembaca dalam mengamati perkembangan jamannya, sejalan dengan kedudukan sastra itu sendiri sebagai salah satu kreasi manusia yang mampu menjadi semacam peramal tentang perkembangan jaman itu sendiri di masa yang akan datang.

Senada dengan di atas Tengsoe Tjahjono mendeskripsikan manfaat mengapresiasi/membaca puisi sebagai:
1.      Media hiburan, lebih-lebih hiburan rohani.
2.      Memperluas dan memperkaya wawasan bahasa pembaca.
3.      Media kontemplasi dan introspeksi (perenungan dan mawas diri).
4.      Memperluas wawasan dan pengalaman kemanusiaan pembaca.
5.      Memahami nilai-nilai kebenaran.

Di samping manfaat apresiasi sastra sebagaimana uraian di atas, terdapat juga pendapat yang merumuskan manfaat apresiasi sastra sebagai:
1.         Manfaat estetik
Ialah manfaat yang diperoleh apresiator karena karya sastra yang diapresiasinya memuaskan, menikmatkan, dan membuka kepekaan pikiran dan perasaan akan keindahan.
2.         Manfaat pendidikan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi sastra yang diapresiasinya memberi pelajaran yang berarti kepadanya, sehingga ia mampu menghadapi hidup dengan lebih baik.
3.         Manfaat memperluas wawasan
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang diapresiasinya  memberi pengetahuan baru, sehingga ia sadar akan kehidupan sekelilingnya.
4.         Manfaat psikologis
Ialah manfaat yang diperolah apresiator karena isi karya sastra yang diapresiasinya  dapat membantu menyelesaikan atau meringankan masalah yang dihadapinya.

Sumber:
H.A. Nurhadi. Apresiasi dan Prosa. Diunduh http://makalah.apresiasi_puisi,danprosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar