A. Pengertian Puisi dan Prosa Fiksi
a)
Pengertian
Puisi
Secara
etimologis.kata puisi berasal dari bahasa Yunani poemia yang berarti membuat, poeisis
yang berarti pembuatan, atau poeites yang berarti pembuat, pembangun atau
pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem
atau poetry yang tidak jauh berbeda
dengan to make atau to create, sehingga pernah lama sekali
di Inggris puisi itu disebut maker.
Lebih lanjut Tengsoe Tjahjono
mendefinisikan puisi sebagai ungkapan pikir dan rasa yang padat dan berirama,
dalam bentuk larik dan bait dengan memakai bahasa indah dalam koridor estetik.
Hudson mengungkapkan puisi adalah
salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian
untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan
garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Sebagai salah satu karya kreatif yang diwujudkan dalam bentuk
bahasa, puisi mempunyai unsur-unsur intrinsik, yaitu:
- Tema (gagasan utama)
- Rasa (arti emosional)
- Nada (menggurui, mencaci, merayu, merengek, menyindir, mengajak,dsb).
- Amanat (pesan)
- Diksi (pilihan kata)
- Imajeri (daya baying: imajeri pandang, imajeri dengar, imajeri rasa, dsb).
- Kata-kata konkret (kata-kata yang secara denotatir sama, tetapi secara konotatif berbeda)
- Gaya bahasa (bahasa khas untuk memperjelas makna)
- Ritme (irama)
- Rima (persamaan bunyi; sajak)
b) Pengertian Prosa Fiksi
Prosa Fiksi = karya fiksi, prosa cerita, prosa narasi, narasi, atau cerita
berplot. Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku
tertentu dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu
yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
Unsur-unsur prosa fiksi:
1. Pengarang atau narator.
2. Isi penciptaan, Pengarang
memaparkannya lewat:
a.
penjelasan
atau komentar.
b.
Dialog
maupun monolog
c.
Lewat
lakuan atau action
3. Media penyampai isi berupa bahasa.
4. Elemen-elemen fiksional atau
unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi
suatu wacana. Unsur-unsur intrinsic terdiri atas:
a.
Tema
b.
Amanat
c.
Alur
d.
Perwatakan
e.
Latar
f.
Pusat
Pengisahan
Prosa fiksi lebih lanjut dapat dibedakan atas roman, novel, novelet, maupun
cerpen.
B. Pengertian Apresiasi
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apresiatio yang berarti mengindahkan atau menghargai. Kata apresiato menurunkan kata appreciation (Inggris) atau
appretiare (Perancis).
Istilah apresiasi menurut
Gove mengandung makna:
(1). Pengenalan melalui perasaan atau
kepekaan batin.
(2). Pemahaman dan pengakuan terhadap
nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
Natawijaya menyatakan
bahwa apresiasi adalah penghargaan dan pemahaman atas sesuatu hasil seni atau
budaya. (Tugas: Buat kesimpulan sendiri pengertian apresiasi!)
Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai
suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu:
(1). Aspek kognitif.
(2). Aspek emotif.
(3). Aspek evaluatif.
Akhirnya apresiasi puisi
didefinisakan oleh Tengsoe Tjahjono sebagai aktivitas menggeluti puisi yang
melibatkan unsur pikiran, perasaan, bahkan fisik, melalui langkah-langkah
mengenali, menikmati dan memahami sehingga tumbuh penghargaan terhadap
keindahan dan makna yang terkandung dalam puisi.
Analog dengan definisi apresiasi puisi kita dapat mendefinisikan apresiasi
prosa dengan mengganti obyek puisi menjadi prosa.
C.
Kegiatan Apresiasi
Puisi dan Apresiasi Prosa Fiksi
Kegiatan apresiasi puisi dan prosa fiksi dapat mengambil bentuk kegiatan
langsung, kegiatan tidak langsung,
kegiatan dokumentatif maupun kegiatan kreatif.
1. Kegiatan apresiasi langsung.
Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan yang secara sengaja
dilakukan untuk apresiasi, dalam hal ini untuk memperoleh kenikmatan,
menghargai dan menilai karya sastra secara tepat.
Termasuk dalam kegiatan
ini antara lain dengan membaca karya
sastra ( puisi dan prosa fiksi),
mendengarkan/melihat karya sastra
dibacakan, dilakukan/dideklamasikan
baik melalui pertunjukan life, atau
melalui media elektronika.
- Membaca Karya Sastra (puisi dan prosa fiksi)
Membaca
karya sastra di sini bukan sekedar
membaca, tetapi membaca dengan sungguh-sungguh, dengan empati, dengan
kegairahan, sampai ia menemukan pengalaman pengarang di dalam karangannya.
Pembaca memperoleh kenikmatan, dan pada akhirnya ia merasa perlu untuk
memberikan penghargaan yang layak terhadap karya sastra.
Sebagai ilustrasi, kita misalkan seseorang membaca
puisi di bawah ini.
AYAHKU
Oleh: Eddy
Juniaman
Ayahku
ia seorang kecil
jabatannya pun kecil
tetapi dia orang besar
besar dalam pandanganku
presiden
dalam perasaanku
Ayahku
tidak kaya harta
kekayaannya
ialah cita-cita
dia
minyak, dia obor
dia jalan, dia jenjang
kami tinggal memanfaatkanya
Ayahku
presiden
dalam hatiku
dalam hati kami
Apabila
orang/pembaca tersebut merasa terharu akan sikap seorang anak yang
sangat mengagumi ayahnya. Dia merasa menjadi aku puisi (aku liris) yang
sama-sama mengagumi ayahnya. Terbayang olehnya keadaan ekonomi ayahnya, ketegaran
hidupnya, kepemimpinan dan kasih sayang ayahnya. Setelah membaca puisi tersebut
ia pun merasa semakin hormat kepada ayahnya.
Selain itu, ia juga merasa kagum kepada penulis
puisi tersebut yang mampu menggugah pembaca dengan bahasa yang sederhana bahkan
lugu. Dengan kesederhanaannya penulis mampu menyusun tema yang disajikan. Gaya bahasa dan diksi (pilihan kata)
digunakan begitu tepat. Iapun terus menggumuli puisi tersebut dengan dibekali
kemampuan teoritis yang dimiliki. Bagaimana sikap penyair terhadap pokok
persoalan yang dibicarakan, bagaiman nada membicarakannya, dan bagaimana
tujuannya..
- Mendengarkan Karya Sastra Dibacakan/Dilakukan
Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan dapat
mengambil bentuk mendengarkan puisi/cerpen dituturkan, baca dongeng, dst. Kegiatan
ini dapat dilakukan secara life maupun melalui saluran media elektronik,
seperti radio atau televisi, bahkan melalui rekaman kaset/tape recorder, CD/MP-3/VCD,
komputer/internet, dst.
2. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung.
Kegiatan apresiasi tidak
langsung adalah kegiatan di luar apresiasi langsung yang dapat membantu
meningkatkan dan mengefektifkan kegiatan apresiasi langsung. Termasuk dalam kegiatan ini antara lain
mempelajari konsep, teori, sejarah, ulasan, yang berhubungan dengan sastra.
Jadi jika pengenalan, pengalaman, pemahaman, penalaran, dan pengertian
meningkat, maka apresiasi kita terhadap karya sastra akan meingkat pula. Dengan
demikian kegiatan apresiasi tidak langsung ini, tidak bisa dianggap remeh,
karena apresiasi tanpa ditunjang kegiatan tersebut tidak akan efektif.
3. Kegiatan dokumentatif.
Termasuk dalam kegiatan ini antara lain upaya mengumpulkan atau mengadakan
koleksi tentang hasil-hasil karya sastrawan, mengumpulkan buku, artikel, atau
pembahasan tentang sastra.
4. Kegiatan kreatif.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah melakukan upaya penciptaan karya
sastra itu sendiri atau menulis tentang
sastra, seperti menulis kritik, esai, artikel, studi, penelitian sastra, dan
sebagainya.
Menurut
Tengsoe Tjahjono kegiatan apresiasi puisi meliputi:
1. Kegiatan reseptif, kegiatan
penerimaan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah kegiatan membaca, kegiatan
analitik, dan kegiatan interpretatif.
2. Kegiatan produktif, kegiatan
penciptaan.
3. Kegiatan performansi.
4. Kegiatan dokumentatif.
D. Tingkat-Tingkat Apresiasi
Sastra
Kemampuan
apresiasi keadaannya bertingkat-tingkat,
karena itu dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih baik. Yang
belum mampu dapt dijadikan mampu. Jadi apresiasi itu dapat dipelajari, dapat
dilatih, karena itu pula dapat diajarkan.
Yus
Rusana dalam makalahnya menuliskan, “Tingkatan apresiasi ada tiga” yaitu,
tingkat pertama terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam
sebuah karya. Ia terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif dengan
karya itu. Tingkat kedua terjadi apabila
daya intelektual pembaca bekerja lebih giat, dan tingkat ketiga apabila pembaca
menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan
penikmatannya dapat dilakukan dengan lebih luas dan mendalam.
1. Apresiasi Tingkat Pertama
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tingkatan pertama merupana tingkatan yang didominasi pergulatan emosi, walaupun
tetap dikontrol oleh kesadaran intelektual dan dipupuk oleh imajinasi. Di
tingkat pertama, apresiator seolah-olah berada di dalam “pengalaman” yang
diceritakan pengarang. Ia dapat merasakan kesenangan, kegembiraan, dan
sebagainya jika pengarang memang melukiskan hal tersebut. Dengan imajinasinya apresiator dapat
menangkap dan membayangkan kejadian-kejadian yang terdapat dalam karya
tersebut. Ia mulai memperoleh kenikmatan dari karya sastra yang sedang
diakrabinya.
2. Apresiasi Tingkat Kedua.
Di
tingkat ini, apresiator berusaha
mengungkap hal-hal yang ada di balik karya tersebut.Ia memperhatikan unsur-unsur
pembentuknya, bahkan ia merasa perlu mengetahui kaidah-kaidah pembentukan
cipta sastra. Iapun merasa
perlu mendalami pengertian tentang unsur-unsur cipta sastra. Dengan demikian ia
dapat menelusuri karya tersebut, dari unsur-unsur pembentuknya (unsur intrinsik
dan ekstrinsik karya sastra).
Pada tingkatan ini, apresiator sudah mempunyai
gambaran tentang karya yang sedang diapresiasinya. Ia sudah mulai mengetahui
kualitas karya tersebut, dan jika karya tersebut bagus ia mulai kagum akan
karya tersebut dan terhadap
pengarangnya. Iapun
semakin menikmati dan semakin bergairah mngakrabi karya tersebut.
3. Apresiasi Tingkat Ketiga.
Pada apresiasi tingkat ketiga, seseorang menyadari
bahwa sastra bukan sekedar permainan bahasa atau bunyi bahasa. Sastra ternyata
memberikan sesuatu yang dapat dipetik manfaatnya. Dari sastra seseorang
menemukan nilai-nilai hidup tanpa merasa digurui atau dikhotbai, sehingga ia
menjadi bijak sendiri. Menjadi bijak dan memperoleh kenikmatan.
Dalam tingkatan ini, apresiator sudah mencapai
kenikmatan yang tinggi. Ia telah merasa nikmat memperoleh pengalaman dari karya
sastra. Ia juga menemukan kenikmatan estetik, karena ia tahu tentang wujud
bangun karya sastra secara mendalam. Ia juga merasa nikmat karena memperoleh
nilai-nilai untuk menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Ia kagum akan karya
tersebut dan ia kagum akan pengarangnya.
Dengan demikian ia akan mampu menghargai dan menilai
karya sastra tersebut dengan layak dan tepat.
E. Manfaat Mengapresiasi Prosa
Fiksi dan Puisi
Manfaat
yang dapat diperoleh dari kegiatan apresiasi sastra pada umumnya menurut
Aminuddin, (dan apresiasi puisi pada khususnya, pen) dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Mendapatkan hiburan.
2. Mengisi waktu luang.
3. Memberikan informasi yang berhubungan
dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan.
4. Memperkaya pandangan atau wawasan
kehidupan sebagai salah satu unsur yang
berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia
itu sendiri.
5. Pembaca dapat memperoleh dan memahami
nilai-nilai budaya dari setiap jaman yang melahirkan cipta sastra itu sendiri.
6. Mengembangkan sikap kritis pembaca
dalam mengamati perkembangan jamannya, sejalan dengan kedudukan sastra itu
sendiri sebagai salah satu kreasi manusia yang mampu menjadi semacam peramal
tentang perkembangan jaman itu sendiri di masa yang akan datang.
Senada dengan di atas
Tengsoe Tjahjono mendeskripsikan manfaat mengapresiasi/membaca puisi sebagai:
1. Media hiburan, lebih-lebih hiburan
rohani.
2. Memperluas dan memperkaya wawasan
bahasa pembaca.
3. Media kontemplasi dan introspeksi
(perenungan dan mawas diri).
4. Memperluas wawasan dan pengalaman
kemanusiaan pembaca.
5. Memahami nilai-nilai kebenaran.
Di samping manfaat
apresiasi sastra sebagaimana uraian di atas, terdapat juga pendapat yang
merumuskan manfaat apresiasi sastra sebagai:
1.
Manfaat
estetik
Ialah manfaat yang diperoleh apresiator karena karya sastra yang
diapresiasinya memuaskan, menikmatkan, dan membuka kepekaan pikiran dan
perasaan akan keindahan.
2.
Manfaat
pendidikan
Ialah manfaat yang
diperolah apresiator karena isi sastra yang diapresiasinya memberi pelajaran
yang berarti kepadanya, sehingga ia mampu menghadapi hidup dengan lebih baik.
3.
Manfaat
memperluas wawasan
Ialah manfaat yang
diperolah apresiator karena isi karya sastra yang diapresiasinya memberi pengetahuan baru, sehingga ia sadar
akan kehidupan sekelilingnya.
4.
Manfaat
psikologis
Ialah manfaat yang
diperolah apresiator karena isi karya sastra yang diapresiasinya dapat membantu menyelesaikan atau meringankan
masalah yang dihadapinya.
Sumber:
H.A. Nurhadi. Apresiasi dan Prosa. Diunduh http://makalah.apresiasi_puisi,danprosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar